Tuesday, June 5, 2012

Falling in love is something "Absurd"

Membuat keputusan untuk bersama dia itu...bukan main-main. Kalau tidak benar aku sayang dia, ngapain aku jadian sama dia? Terlalu banyak perbedaan diantara kami. Aku mencoba untuk mencari persamaan, tapi belum menemukan. Dilihat dari hal yang kecil sajalah. Makanan misalnya. He can't eat what I want to eat. Dia gak suka makanan pedas, aku maniak makanan pedas. Aku biasa makan mie instan, sementara bahaya sekali kalau dia makan-makanan seperti itu. Kalau aku sih makan apa aja juga hayo! Makan di restoran alhamdulillah, makan di warteg ya sudah kebiasaan. Dia bahkan tidak suka Takoyaki. Jajanan Jepang yang aku suka banget. Kami juga hidup dilingkungan dengan status sosial yang berbeda. Tapi mungkin dia belum tahu atau memang tidak peduli. Pokoknya kita itu banyak perbedaan, udah gitu aja.

Bener kata Raditya Dhika, lewat bukunya Marmut Merah Jambu, dia berkata, "Jatuh cinta itu suatu hal yang absurd". Iya juga sih. Hanya karena hal-hal kecil, seseorang bisa jatuh cinta. Contohnya : kekaguman saat si dia mengungkapkan pemikirannya yang tidak lazim tentang keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak, bukan Blackberry Messenger). Wah, jarang-jarang aku menemui respon yang berbeda tentang kasus ini. Contoh lain : saat dia memakai jaket jurusannya, yang warnanya merah menyala. Tunggu dulu, apa yang berbeda dari seseorang cowok yang berjalan dengan memakai sebuah jaket jurusan? Ya, gak tahu! Pokoknya dia kelihatan keren, udah gitu aja.

Jatuh cinta itu sesuatu yang absurd. Hahaha, benar sekali! Terkadang, kita tidak perlu punya alasan untuk bisa jatuh cinta kepada seseorang. Mungkin gak sih? Hmm, kalau hal itu aku tidak tahu. Yang jelas, aku selalu punya alasan untuk menyayangi seseorang. Termasuk buat sayang sama dia.
Saat itu, aku ingin sekali ngasih sesuatu kepada dia. Entah kenapa pikiranku langsung hinggap buat ngasih "Four-leaf Clover", yang bahasa Indonesia-nya Daun Semanggi berdaun empat. Setiap helai daunnya mengandung makna yang berbeda. Daun pertama, supaya kau mendapatkan ketulusan cinta. Daun kedua, supaya kau selalu sehat. Daun ketiga, supaya hidupmu makmur. Daun keempat, supaya kau selalu beruntung. Katanya, ada satu kemungkinan semanggi berdaun empat di antara sekumpulan 10.000 semanggi berdaun tiga. Aku pernah beneran nemu semanggi berdaun empat pada saat acara kerja bakti bersihin sekolah pas SMA. Saat itu pas kita lagi bersihin rumput liar di deket Laboratorium Kimia, temenku bilang, "Eh, katanya, kalo kamu nemu semanggi berdaun empat, kamu bakal dapet keberuntungan". Lalu aku mencabut salah satu daun semanggi yang ada disitu. Dan ternyata, itu yang berdaun empat. Hahaha... Lalu mereka berusaha mencari yang berdaun empat yang lain, tapi gak ketemu. Sedikit menyesal soalnya daun itu tidak aku awetkan di dalam Fiber Glass dan malah aku buang.

Menemukan semanggi berdaun empat itu takdir. Kalau gak ditakdirkan ya, gak ketemu. Jadilah aku membeli gantungan hape yang ada semanggi berdaun empat-nya di dalam fiber glass. So expensive. Maklum, itu barang diimpor asli dari Jepang. Setelah barangnya sampai di tanganku, langsung aku berikan ke dia. Aku bahkan tidak bisa mengucapkan makna semanggi berdaun empat dengan mudah saat aku memberikan benda itu ke dia. Aku hanya bermaksud supaya dia selalu dikelilingi dengan kebahagiaan. He deserve it. Dia anak baik. Dia pantas buat bahagia. Mungkin dia bakal menganggap ku aneh karena ngasih gantungan hape. Mungkin benda itu gak worth it. Tapi akhirnya aku tetap ngasih itu ke dia. Aku udah gak peduli mau dianggap aneh atau seperti apa. Dan diluar dugaan. Gantungannya langsung dipasang dihapenya. Aku harap dia gak terpaksa buat pakai gantungan itu. Aku bilang, aku gak minta dia buat pasang gantungan hape itu. Cukup disimpen aja juga gak apa-apa. Soalnya aku tahu, cowok biasanya gak suka pakai gantungan hape. Lalu dia menjawab, "Tapi kalo aku mau pakek gak apa-apa kan".


I'm so lucky to have him around,

No comments:

Post a Comment